Makna mendalam dari sebuah kata ijab qabul

Di Catet :

Dalam Islam, pernikahan (akad nikah) terjadi sama sekali bukan karena janji setia seorang lelaki terhadap seorang wanita, melainkan perjanjian antara 2 orang laki-laki, yaitu wali perempuan (Ayah sang perempuan) dan mempelai laki-laki.(Calon Suami) .

Ijab Qabul adalah ucapan dari seorang ayah sebagai orang tua atau penghulu wali orang tua untuk menikahkan putrinya kepada sang calon mempelai pria. Orang tua mempelai wanita melepaskan putrinya untuk di nikah kan oleh seorang pria dan mempelai pria menerima mempelai wanita untuk di nikahi.

Ijab Qabul merupakan ucapan sepakat antara kedua belah pihak. Dan berikut adalah contoh bacaan Ijab Qabul yang umum sering di gunakan ;

“Saya terima nikahnya si dia binti ayah si dia dengan Mas Kawin…….. Di bayaaaar Tunai!”

makna tersirat dibalik ijab kabul

gampang kan ? mudah ? singkat dan padat… tapi lihat dulu maknanya….

“Maka aku tanggung dosa dosanya si dia dari ayah dan ibunya. Dosa apa saja yang telah di lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yang berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tua yang menanggung. Serta akan aku tanggung semua dosa calon anak anakku jika aku GAGAL”
“Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk api neraka. Aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku” (Hr. Muslim)

Perjanjian dalam sebuah akad nikah berisi pelimpahan tanggung jawab sang ayah kepada mempelai laki-laki. Tanggung jawab disini bukan saja secara penafkahan tapi juga tanggung jawab menjaga muru’ah (kehormatan)nya, dan tanggung jawab yg lebih berat lagi yaitu menjauhkannya dari api neraka. Inilah alasan kenapa akad nikah dibutuhkan saksi, karena beratnya perjanjian antara 2 orang lelaki tersebut. Bahkan karena beratnya sampai-sampai Arsy Allah bergetar karenanya. Bahkan para malaikatpun ikut hadir mendoakan mereka.

Kalau dibayangkan beratnya dosa-dosa yang ditanggung lelaki seperti gunung dengan semut. Itu sebabnya mengikut kajian, nyawa orang perempuan lebih panjang daripada lelaki. Lelaki mati cepat karena tak tahan dengan beratnya dosa-dosa yang ditanggung. Wallahu a’lam bishawab.
Untuk para suami dan pria calon suami,  alangkah baiknya kalau kita membekali diri kita dengan ilmu agama (dan juga ilmu dunia) agar kita bisa memikul tanggung jawab besar ini dan membawa keluarga kita ke surga Allah. Untuk para istri dan wanita calon istri, bekali juga dirimu dengan ilmu agama agar bisa membantu meringankan tanggung jawab suamimu.
Jadikanlah kami para suami bagai jantung yang tidak terlihat tetap terus berdeyut. Berkarya membahagiakan dan menebar manfaat bagi istri anak keluarga dan lingkungan sekelilingnya, nusa, bangsa, agama sampai di berhentikan oleh-Mu ajal menjemput

Semoga Allah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para suami untuk menanggung tanggung jawab tersebut. Sungguh tiada daya upaya melainkan atas pertolongan Engkau Ya Allah.

Bagikan saja, itu tidak berat

Apakah Tuhan benar-benar ada ?

apakah tuhan benar-benar ada ? | Atheis, adalah orang yang tidak percaya akan kebenaran tuhan, bahkan mereka juga tidak percaya keberadaan tuhan. orang-orang athies biasanya bukanlah orang yang bodoh. mereka memiliki pengetahuan yang tinggi. ini dibuktikan dalam setiap sangkalannya jikala ada perdebatan. percayalah, jika anda kurang pengetahuan mengenai agama, tak usah berdebat dengan orang atheis. karena anda akan dipermalukan.

Seorang pemuda atheis dengan nada sombong meminta mencarikan seorang ustadz yang dapat menjawab tiga pertanyaannya.

a = atheis

u = ustadz

A : (Dng nada sombong pemuda itu bertanya) Anda siapa…??? dan apakah bisa menjawab pertanyaan saya…???

U : Saya hanya hamba ALLAH & dengan izinnya saya akan menjawab pertanyaan anda.

A : (Tetap dng nada sombong)Anda yakin….??? sedang profesor & banyak orang pintar saja gak mampu menjawab pertanyaan saya.

U : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya….!!!

A : Saya punya 3 buah pertanyaan…???

1. Kalau memang TUHAN itu ada,tunjukan wujud TUHAN kepada saya ?

2. Apakah yang dinamakan TAKDIR ?

3. Kalau SETAN diciptakan dari api, kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api,tentu tidak menyakitkan buat setan,sebab mereka memiliki unsur yang sama..? apakah TUHAN tidak pernah berfikir sejauh itu..?

Tiba-tiba Pemuka Agama tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.

(sambil menahan sakit) si
Atheis itu berkata :

A : Kenapa…??? anda marah kepada saya…???

U : Saya tidak marah…!!! tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya..!!!

A : Saya sungguh2 tidak mengerti..???!!!

U : Bagaimana rasanya tamparan saya..!?

A : Tentu saja saya merasakan sakit..!

U : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada ?!!

A : Ya..percaya !!

U : Tunjukan pada saya wujud sakit itu ??!!

A : Saya tidak bisa..!!!

U : Itulah jawaban pertanyaan pertama,kita semua merasakan keberadaan TUHAN tanpa mampu melihat wujudnya.

U : Apakah tadi malam anda bermimpi akan di tampar oleh saya..??!!

A : Tidak…!!!

U : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini..??!!

A : Tidak…!!!

U : Itulah yang dinamakan TAKDIR !!!

U : Terbuat dari apakah tangan yang saya gunakan untuk menampar anda..??!!
A : Kulit…!

U : Terbuat dari apa pipi anda…??!!

A : Kulit…!!!

U : Bagaimana rasanya tamparan saya..??!!

A : Sakit…!!!

U : Walaupun setan terbuat dari api dan neraka terbuat dari api, jika TUHAN berkehendak maka neraka akan menjadi tempat menyakitkan bagi setan.

MASIHKAH ANDA MERAGUKAN KEHADIRAN ‘TUHAN’ DALAM HARI-HARI KALIAN???

apakah tuhan benar ada

apakah tuhan benar ada

Bagikan saja, itu tidak berat

Cara Shalat gerhana matahari

Sesuai jadwal, gerhana matahari akan datang pada hari rabu tanggal 9 Maret 2016 ini. Lalu, bagaimana cara shalat gerhana matahari ?

Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.

Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1: 435-437)

Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:

“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at. (HR. Muslim no. 901)

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.

[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.

[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.

[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:

جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’

[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

[11] Tasyahud.

[12] Salam.

[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1: 438)

Semoga bermanfaat.

 

sumber : rumaysho.com

Bagikan saja, itu tidak berat

Cara Shalat gerhana matahari sendiri

Apakah boleh melakukan shalat gerhana seorang diri tanpa berjamaah? bagaimana cara Shalat gerhana matahari sendiri ?

Baiknya shalat gerhana dilakukan secara berjamaah di masjid. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari no. 1050).

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1: 343)

Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari, 4: 10)

Apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana?

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا

Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”. (HR. Bukhari no. 1043)

Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.” (Syarhul Mumthi’, 2: 430)

Semoga bermanfaat.

sumber : rumaysho.com

Bagikan saja, itu tidak berat