Pagi tadi, sedikitnya sudah tiga kali saya bolak balik kamar mandi karena mules. Sepertinya karena tahu gejrot yang saya makan tadi malam.
Tahu gejrot ini traktiran dari kakak farhan perdana, begitu doi ingin dipanggil agak terlihat sedikit ganteng. Di beli dari bapak bapak yang masih berjualan tengah malam di pinggir jalan sekitaran taman. Di makan berdua sambil menikmati nuansa taman. Sebentar, taman ini memang terlihat horor, karena pada normalnya, taman dipergunakan untuk santai bagi pasangan yang berbeda jenis. Tapi tidak pada kami malam tadi. Fack kan?
Tahu gejrot ini sebagai stimulan setelah kakak farhan perdana berusaha untuk mencuci otak saya, memberikan pengaruh yang sebenarnya entah baik atau tidak karena mimik wajahnya saat berbicara seperti seorang brengsek yang sedang menjerumuskan.
Sebagai sesama perantau, kami tergolong cukup berani, bagaimana tidak, disekitaran kami suasananya hening, senyap layaknya perpustakaan. Hanya kami berdua yang ketawa ngakak ngakak sambil ngomong bangsat dan saya yakin orang sekeliling pasti mendengar. Padahal sejujurnya saya takut bakal di keroyok preman setempat dan hanya pulang nama, bukan dimedan perang pula. Kan konyol !!
Bahasan kami tidak berat berat, doi cuma mengajarkan tata cara hidup dijakarta, mengajarkan kamuflase dan cara mengecilkan badan.
“Anto, kamu harus konsisten dengan kegoblokkanmu, itu yang akan membuatmu berhasil. Kamu mau sukses dengan kegoblokanmu atau egois tapi banting stir jadi tukang las atau tukang ketoprak??” ucapnya pasang mimik meyakinkan.
Brengsek kan ini orang ?!